Cara Membersihkan Najis Anjing yang Wajib Anda Tahu
Ditulis oleh ustadz Ahmad Anshori, Lc (Pengasuh PP. Hamalatul Quran DIY)
Bismillah, walhamdulillah, was sholaatu was salam ‘ala Rasulillah, wa ba’du.
Kita tak begitu asing dengan cara membersihkan najis. Cukup dibasuhkan air atau dihilangkan menggunakan benda lainnya yang dapat menghilangkan sifat kenajisan (warna, aroma dan rasa).
Tapi untuk najis yang berasal dari anjing, mungkin sebagian kita belum begitu lumrah mengenalnya. Cara membersihkannya ada sedikit penekanan, tak seperti membersihkan najis lainnya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerangkan pada hadis berikut :
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
طَهُورُ إِنَاءِ أَحَدِكُمْ إِذَا وَلَغَ فِيهِ الْكَلْبُ أَنْ يَغْسِلَهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ ، أُولاهُنَّ بِالتُّرَابِ
“Sucikanlah bejana kalian apabila anjing minum padanya, dengan cara dibasuh tujuh kali. Cucian yang pertama dengan tanah (debu).” (Muslim no. 279).
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mughaffal, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِذَا وَلَغَ الْكَلْبُ فِى الإِنَاءِ فَاغْسِلُوهُ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَعَفِّرُوهُ الثَّامِنَةَ فِى التُّرَابِ
“Jika anjing menjilati bejana kalian, cucilah sebanyak tujuh kali dan gosoklah yang kedelapan dengan debu.” (HR. Muslim no. 280).
Dua hadis ini menjelaskan cara membersihkan najis anjing, yaitu dengan tujuh kali basuhan, salah satunya menggunakan debu.
Imam Nawawi rahimahullah menerangkan dalam kitab beliau “Al-Majmu’ “, bahwa basuhan debu dianjurkan pada basuhan pertama. Bila tidak memungkinkan, maka pada salah satu basuhan berikutnya asal bukan basuhan terakhir atau ketujuh. (Lihat : Al-Majmu’ Syarhul Muhazdzab, 2/600)
Anda bisa saksikan perbedaan yang begitu mencolok dari cara membersihkan najis yang biasa kita kenal, harus 7 kali basuhan, salah satunya dengan debu.
Ini menunjukkan najisnya anjing dalam Islam adalah najis yang paling besar. Sampaipun babi yang keharamannya disinggung dengan tegas dalam Alquran, cara membersihkan najisnya tidak sampai seperti ini. Menunjukkan ini bukan masalah sepele.
Apa Hikmahnya?
Apa gerangan hikmah dari cara mensucikan najis anjing yang berbeda ini?
Adanya penekanan dan sedikit merepotkan dalam membersihlkan najis anjing, ternyata tersimpan pesan menarik. Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Al-Husaini rahimahullah, menerangkan dalam “Kifayatul Akhyar”,
الأمر بغسل سبعا انما كان لينفرهم عن مؤاكلة الكلاب
Perintah membersihkan najis anjing dengan cara dicuci tujuh kali, tujuannya adalah supaya menjauhkan masyarakat dari berbaur dengan anjing.
(Kifayatul Akhyar fi Hilli Ghayatil Ikhtishar, hal. 58)
Ini menunjukkan, ketika seorang muslim memelihara anjing, bahkan berbaur nyaman dengan anjing, indikasi bahwa dia kurang peka menangkap pesan ini. Semoga Allah memberi hidayah kepada kita semua.
Disamping itu, Islam mengharamkan setiap muslim memelihara anjing, kecuali untuk tujuan yang ditoleransi syariat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda,
مَنِ اتَّخَذَ كَلْبًا إِلاَّ كَلْبَ مَاشِيَةٍ أَوْ صَيْدٍ أَوْ زَرْعٍ انْتَقَصَ مِنْ أَجْرِهِ كُلَّ يَوْمٍ قِيرَاطٌ
“Siapa yang memelihara anjing selain anjing
- Untuk menjaga hewan ternak
- Anjing untuk berburu
- Anjing penjaga tanaman
Maka setiap hari pahalanya akan berkurang sebesar satu Qirot.” (HR. Muslim no. 1575).
Inilah tiga tujuan yang diizinkan syariat dalam memelihara anjing. Selain untuk tiga tujuan ini, atau kebutuhan yang mendesak lainnya, maka haram hukumnya bagi setiap muslim memelihara anjing.
Tidak main-main ancamannya bagi yang masih bersikeras, pahalanya akan berkurang satu Qirot setiap harinya.
Tahukah anda berapa satu Qirat?
Yakni sebesar gunung Uhud!
(Lihat: Umdatul Qari 8/175 dan Fathul Bari 4/97)
Sungguh amat merugi, ketika pahala amal shalih hanya berfungsi menebus dosa ini, tidak dapat menaikkan derajat di sisi Allah. Atau bahkan pahala seorang tak cukup menebus satu qirot ini, sehingga dia minus pahala.
Wal’iydzubillah, kita berlindung kepada Allah dari nasib sial seperti ini.
Menyentuh Anjing Apakah Najis?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menerangkan,
أما مس هذا الكلب فإن كان مسّه بدون رطوبة فإنه لا ينجّس اليد ، وإن كان مسّه برطوبة فإن هذا يوجب تنجس اليد على رأي كثير من أهل العلم ، ويجب غسل اليد بعده سبع مرّات إحداها بالتراب
Seorang yang menyentuh anjing, jika sentuhannya kering, tidak ada cairan basah, maka tidak najis.
Namun jika menyentuhnya dalam kondisi (tangan atau tubuh anjing) basah, maka tangan (pakaian atau bagian tubuh) yang tersentuh anjing menjadi najis menurut pendapat mayoritas ulama. Wajib membasuh tangan itu tujuh kali, salah satu diantaranya menggunakan debu.
(Majmu’ Farawa Ibnu ‘Utsaimin, 11/246).
Wallahua’lam bis shawab.
Artikel asli: https://konsultasisyariah.com/31489-cara-membersihkan-najis-anjing-dan-hukum-memeliharanya.html